Selasa, 15 April 2014

MAKALAH TEKNIK PENGEMBANGAN PARAGRAF TERHADAP PENULIS



BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pengidentifikasian secara formal suatu paragraf begitu mudah, karena secara visual paragraf biasanya ditandai adanya indensasi. Yang menjadi persoalan, apakah bentuk yang secara visual dikenali sebagai paragraf tersebut secara otomatis berisi satu satuan pokok pikiran? Idealnya tentulah ya, bila paragraf telah dikembangkan secara baik. Namun, kenyataannya belum tentu demikian karena belum tentu paragraf dikembangkan secara benar. Disinilah pentingnya pengembangan paragraph.
 Penulis pengembangan paragraph ini sangat penting, kenapa dianggap penting? Dengan menggunakan Metode teknik pengembangan Paragraf, ada keterkaitan antara penulis  dengan si pembaca,sipembaca dengan penulis dan sipembaca  sangat mudah mengikuti jalan pikiran penulis.Berkaitan dengan Pentingnya Teknik pengembangan paragraph terhadap Penulis, Berikut ini kami akan Membahas Pengertian Paragraf, pembentukan paragraf, kerangka paragraf, pengembangan paragraf berdasarkan teknik.emb
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang akan dibahas, didapatkan rumusan masalah untuk penelitian ini adalah : 
“Apakah benar Teknik Pengembangan Paragraf  Penting terhadap Penulis”





1.3 Batasan Masalah
            Untuk lebih memfokuskan pembahasan mengenai  Pentingnya Teknik Pengembangan Paragraf  Terhadap Penulis, maka penulis membatasi masalah dengan batasan masalah sebagai berikut :
1.      Pengertian Paragraf
2.      Pembentukan Paragraf
3.      Karangka Paragraf
4.      Pengembangan Paragraf Berdasarkan Tekniknya
1.4 Tujuan Penelitian
     Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan:
ΓΌ  Untuk membuktikan Kebenaran Pentingnya Teknik Pengembangan Paragraf Terhadap Penulis.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Paragraf
Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan pikiran atau topik dan berada di bawah tataran wacana. Paragraf memiliki potensi terdiri atas beberapa kalimat. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak mengalami pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide. Dengan demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Oleh Ramlan, (1993) pikiran utama atau ide pokok merupakan pengendali suatu paragraph.Dan dalam Paragraf Terdapat Jenis- jenisnya :
Jenis-Jenis Paragraf
1.      Deskripsi - Menggambarkan sesuatu
2.      Eksposisi- Menjelaskan sesuatu
3.      Argumentasi -Meyakinkan sesuatu
4.      Narasi- Menceritakan sesuatu
Pada  Kamus Besar Bahasa Indonesia : paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru)
The Jiang Gie dan A. Didyamartaya : paragraf ialah satuan pembagian lebih kecil di bawah sesuatu bab dalam buku. Paragraf biasanya diberi angka Arab.


2.2 Pembentukan Paragraf
Dalam pembentukan paragraf yang baik terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan, yaitu unsur kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.
Unsur kesatuan paragraf mengisyaratkan pada adanya persyaratan bahwa suatu paragraf hanya memiliki satu topik, satu pikiran utama. Fungsi paragraf dalam hal ini adalah mengembangkan topik tersebut. Oleh karena itu, pengembangan paragraf tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tidak boleh terdapat unsur yang sama seklai tidak berhubungan dengan topik, dan tidak mendukung topik. Penyimpangan pengembangan paragraf akan menyulitkan pembaca, akan mengakibatkan paragraf tidak efektif. Jadi, satu paragraf idealnya hanya berisi satu gagasan pokok satu topik. Semua kalimat dalam suatu paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.
Berikut ini diberikan contoh paragraph.
Dari hasil pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan, terdapat dua kelompok fenomena yang mampu menjelaskan perbedaan antara larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Pertama, larutan yang menimbulkan gelembung-gelembung gas pada elektroda dan yang kedua, ada larutan yang tidak menimbulkan gelembung-gelembung gas. Perbedaan penomena ini tidak mungkin disebabkan oleh konsentrasi larutan, juga tidak boleh kekuatan arus, karena konsentrasi larutan dibuat sama begitu juga kekuatan sumber arus juga sama (konsentrasi larutan dan kekuatan sumber arus merupakan variabel kontrol). Jenis zat terlarut diduga merupakan variabel bebas terhadap munculnya gelembung gas itu.”

 Oleh karena itu Unsur kepaduan paragraf sering disebut dengan koherensi. Suatu paragraf bukanlah merupakan kumpulan atau deretan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri atau terlepas, melainkan dibangun oleh kalimat-kalimat yang memiliki hubungan timbal balik. Paragraf yang padu akan membuat pembaca mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis. Urutan pikiran yang teratur dalam paragraf akan memperlihatkan adanya kepaduan. Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama suatu paragraf dan bagaimana hubungan antara pikiran utama dengan pikiran penjelas dapat dilihat dari urutan perinciannya. (kronologis, spasial), dan logis (kausalitas, dedukasi, induksi) ( Akhadiah M.K. dkk, 1991/1992, Soeparno, Haryadi, dan Suhardi, 2001).
Paragraf yang padu didukung oleh penggunaan unsur kebahasaan yang baik, yaitu adanya kohesi antar kalimat yang baik. Meski demikian, tidak berarti bahwa paragraf yang kohesif secara otomatis merupakan paragraf yang padu. Dalam tulisan hubung, kata ganti, repetisi.
Berikut ini diberikan contoh paragraph yang padu
“Kota Jakarta merupakan ibu kota Negara Republik Indonesia. Presiden dan pusat pemerintahan berada di kota tersebut. Presiden Republik Indonesia sebagai pemimpin negara dan pemerintahan dipilih secara langsung oleh rakyat setelah UUD 1945 diamandemen. Masa jabatan presiden selama lima tahun, dan dapat dipilih lagi, paling banyak dua kali berturut-turut. Presiden pilihan rakyat secara langsung yang pertama kali akan menjabat pada periode 2004-2009.”
Unsur kelengkapan paragraf mengacu pada adanya pikiran utama yang berwujud kalimat utama dan pikiran penjelas yang berwujud kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas haruslah menunjang kejelasan kalimat utama. Paragraf dinyatakan sebagai paragraf tidak lengkap jika tidak dikembangkan secara baik oleh karena itu, unsur kelengkapan itu sering pula disebut pengembangan, bahkan ada yang menyebut perkembangan (Akhadiah M.K. dkk, 1991/1992; Soeparno, Haryadi, dan Suhardi, 2001; Keraf, 1981)

2.3 Kerangka Paragraf
Paragraf diasumsikan berpotensi terdiri atas beberapa kalimat. Kalimat-kalimat tersebut haruslah dirangkai sedemikian rupa sehingga menjadi paragraf yang baik, yaitu paragraf yang memenuhi persyaratan kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Pendistribusian kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas haruslah menggunakan cara yang jelas sehingga dapat dirumuskan strukturnya.
Kalimat-kalimat dalam paragraf dapat dikategorikan menjadi (1) kalimat utama, dan (2) kalimat penjelas. Ada pula yang menambah satu lagi yaitu kalimat penegas (Soeparno, 2001). Kalimat penegas pada hakikatnya sama dengan kalimat topik, hanya saja kalimat penjelas biasanya merupakan penyimpulan, sehingga tidak pernah terdapat pada awal paragraf. Struktur paragraf biasanya dikaitkan dengan pengurutan letak kalimat utama, dan kalimat-kalimat penjelas. Khusus paragraf naratif dan deskriptif tidak dapat ditemukan kalimat utama dan kalimat penjelas.
Atas dasar kategori kalimat dalam paragraf tersebut, secara garis besar struktur paragraf (selain paragraf narasi dan deskripsi) dapat dikategorisasikan menjadi tiga, yaitu:
(1) Kalimat utama pada awal paragraf dan diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas,
(2) Kalimat pada akhir paragraf dan didahului dengan kalimat-kalimat penjelas, serta
(3) Kaliat utama terdapat pada awal dan akhir paragraf, diselingi dengan kalimat-kalimat penjelas.





2.4 Pengembangan Paragraf Berdasarkan Teknik
Pengembangna paragraf yang pertama dapat dilihat dari sudut pandang teknik. Berdasarkan tekniknya pengembangan paragraf dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) pengembangan secara alamiah, dan (2) pengembangan secara logis.

Pengembangan Secara Alamiah
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan, dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai adanya kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf naratif dan prosedural.
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan ruang atau tempat membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat pada posisi tertentu, dan diikuti oleh kalimat-kalimat lain yang mengungkapkan gagasan yang berada pada posisi yang lain. Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini tidak boleh sembarangan, sebab cara yang demikian akan mengakibatkan pembaca mengalami kesulitan memahami pesan. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf deskriptif.





Pengembangan Secara Logis
Pengembangan paragraf secara logis maksudnya adalah pengembangan paragraf menggunakan pola pikir tertentu. Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus.
Paragraf yang dikembangkan klimaks-antiklimaks dibagi menjadi dua, yang pertama klimaks, dan yang kedua antiklimaks. Pengembangan paragraf secara klimaks dilakukan dengan cara menyajikan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, kemudian diakhiri dengan gagasan yang paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya. Sebaliknya, pengembangan paragraph secara antiklimaks dilakukan dengan terlebih dulu gagasan yang dianggap paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya, baru diikuti dengan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, gagasan yang dianggap kurang penting atau rendah kedudukannya.
Pengembangan paragraf berdasarkan kriteria umum-khusus, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu paragraf yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus, dan khusus ke umum. Paragraf yang dikembangkan secara umum ke khusus berupa paragraf yang dimulai dengan gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama, kemudian diikuti dengan gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian. Paragraf yang dikembangkan dengan cara umum ke khusus ini biasa disebut dengan paragraf deduktif. Paragraf yang dikembangkan secara khusus ke umum berupa paragraf yang dimulai dengan gagasan khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian, kemudian diikuti dengan gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama. Paragraf yang dikembangkan dengan cara khusus ke umum ini biasa disebut dengan paragraf induktif. Pengembangan paragraf logis umum-khusus ini, baik dengan cara umum ke khusus (deduktif) maupun khusus ke umum (induktif), paling banyak digunakan, lebih-lebih dalam karya ilmiah karena karya ilmiah pada umumnya merup sintesis antara deduktif dan induktif (lihat Akhadiah M.K. dkk., 1991/1992; Soeparno, Haryadi, dan Suhardi 2001)






 BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
           
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menerangkan dan menggambarkan data secara sistematis sehingga akan lebih mudah dipahami. Maka penelitian ini berusaha untuk menggambarkan Kebenaran Pentingnya Pengembangan Teknik Paragraf Terhadap Penulis. Dan Membuktikan Keterkaitanya Terhadap si pembaca.

3.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perwakilan 15 orang Pengunjung Toko Buku Toga mas Yogyakarta  dan Perpustakaan Yogyakarta.Untuk lebih lanjutnya dapat dilihat pada table:
                                                     Tabel
Populasi Penelitian Kuntitatif
No
Toko Buku/penulis
Jumlah
1
Toga Mas
15
2
Perpustakaan Kota Yogyakarta
15

Jumlah
30




                     

3.3 Sampel
Sampel yang dipilih haruslah mewakili keseluruhan karakteristik dari suatu populasi. Teknik penarikan sampel dengan cara Pembagian Angket.
Sampel dalam penelitian ini adalah Mahasiswa disebabkan oleh sampel berhubungan dengan tujuan penelitian, yakni mengukur Keterkaitan Karangan penulis tehadap si pembaca dengan menggunakan Teknik Pengembangan Paragraf  .

3.4  Alat Pengumpul Data
Dalam penelitian  ini alat pengumpul data adalah Angket Penelitian.
 Angket adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mengajukan suatu pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu. Jadi, angket adalah seperangkat pernyataan yang harus dijawab responden dan digunakan untuk memperoleh keterangan yang diperlukan.              Angket yang dipakai dalam penelitian ini adalah angket untuk mengungkapakan adanya keterkaitan tulisan penulis terhadap sipembaca (Responden ). Alat analisis  yang digunakan untuk mengukur Hubungan Penulis dan sipembaca Yaitu Analisis Deskriptif Persentase Di kemukan Sudjana (2001:109) dan Skala Guttman.


3.5 Teknik Analisis Data
      Teknik analisis yang digunakan adalah teknik Analisis Deskriptif Persentase Di kemukan Sudjana (2001:109).Dimana setelah semua jawaban terkumpul, selanjutnya dicari persentase Pentingnya Teknik Pengembangan Paragraf Terhadap Penulis.Dengan Metode Sudjana dan Skala Guttman:

P =  x 100 %
Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi
N : Jumlah responde
100% : Bilangan tetap
Penghitungan deskriptif persentase ini mempunyai langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Mengkoreksi jawaban kuesioner dari responden
b. Menghitung frekuensi jawaban responden
c. Jumlah responden keseluruhan
d. Masukkan ke dalam rumus.

Persentase dari tiap-tiap kategori:
A.     x 100 %

B.      x 100 %







 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini, peneliti akan menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya berdasarkan data yang telah diolah dengan menggunakan teknik analisis.

4.1 Hasil Penelitian                                                                  
Setelah melakukan penelitian mulai dari pengumpulan data dan pengolahan data dengan menggunakan prosedur dan teknik analisis data sebagaimana dikemukakan pada bab III, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut.

Tabel.1
Pentingnya Teknik Pengembangan Paragraf Terhadap Penulis
(N=30)
No.
Pernyataan
Kategori
Ya
Tidak
F
%
F
%
1
Dari Buku yang anda baca apakah anda paham dengan Isi buku penulis.
29
96.7
1
3.3
2
Menurut anda apakah Penulis sudah menggunkan Teknik Pengembangan  Paragraf dalam tulisannya,karena teknik ini akan memudahkan  anda dalam membaca dan memahami isi buku tersebut.
25
83.3
5
16.7
3
Apakah anda bisa mengikuti jalan pikiran seorang penulis dari isi buku tersebut.
27
90
3
10
4
Apakah anda pernah Mengalami kesulitan Membaca, Karena ada paragraf yang tidak Efektif,sehingga anda sulit untuk memahaminya.
17
56.7
13
43.3
5
Apakah Anda pernah Menemukan Pengungkapan gagasan Sembarangan, Karena hal ini akan menyulitkan Pembaca Memahami Pesan.
23
76.7
7
23.3
Jumlah Keseluruhan
121
80.7
29
19.3

Berdasarkan table 1 di atas terlihat bahwa Sejumlah 80,7% Pembaca Bisa mengikuti jalan pikiran penulis sehingga mereka bisa untuk mengambil Kesimpulan dari tulisan si penulis yang mereka baca dan 19.3 %  pembaca tidak mengerti dengan jalan pikiran penulis sehingga sulit untuk mengambil kesimpulan dari buku yang mereka baca.
Hal ini dapat diuraikan bahwa sebanyak  96.7%  pembaca  mengerti dengan isi buku penulis dan 3.3% tidak mengerti dengan isi buku penulis yang mereka baca.
Sejumlah 83.3% Pembaca paham dengan teknik pengembangan paragaraf sehingga pembaca mudah membaca dan memahami karangan buku penulis dan16.7% pembaca tidak paham dengan teknik pengembangan paragraf  sehingga sulit untuk membaca dan memahami isi buku tersebut.
Sejumlah 90% pembaca bisa mengikuti jalan pikiran penulis sambil membaca dan 10 % Tidak bisa mengikuti jalan pikran penulis ketika membaca.
Sejumlah 56.7% pembaca Mengalami kesulitan Membaca karena ada  paragraph yang tidak efektif sehingga sulit untuk memahami isi bacaan dan 43.3% pembaca tidak ada kesulitan dalam membaca tulisan penulis.
Sejumlah 76,7% pembaca mengungkapkan ada gagasan sembarangan dalam tulisan dan 23.3% tidak menemukan gagasan sembarangan dalam tulisan .






BAB V
PENUTUP

55.1  KESIMPULAN

Secara umum dapat di simpulkan bahwa dengan menggunakan Teknik pengembangan Paragraf dapat membuat si pembaca lebih mudah untuk memahami  pesan dan Jalan pikiran sipenulis. Berdasarkan hasil penelitian 96.7% Pembaca sudah bisa menarik Kesimpulan,mengambil pesan dan mengikuti jalan pikiran penulis.Disni terbukti bahwa penulis sudah menggunakan ”Teknik Pengembangan Paragraf dalam penulisan karangan bukunya”.
Walaupun Penulis sudah menggunakan Teknik pengembangan paragraf dengan metode teknik pengembangan, ada beberapa dari hasil penelitian tersebut terdapat 56.7 % pembaca mengalami kesulitan dalam membaca dan 76.7% pembaca menemukan pengungkapan gagasan sembarangan.Disini terbukti penulis belum Efektif menggunakan Teknik Pengembangan Paragraf terhadap karanganya(Bukunya).

5.2 Saran
Berdasarkan temuan peneliti dikemukakan saran bagi peneliti lanjutan sebagai berikut:
1.    Diharapkan kepada penulis agar menggunakan Teknik Pengembangan Paragraf dalam penulisan karangan bukunya.karena hal ini akan memudahkan sipembaca dalam membaca karangan tulisan sipenulis.
2.    Pada hasil surve lapangan, penulis menemukan 56.7 % pembaca mengalami kesulitan dalam Membaca dan 76.7% pembaca menemukan pengungkapan gagasan sembarangan.Disini penulis mengharapkan kepada si penulis agar membuat karangan tulisanya seefektif mungkin agar tidak  menimbulkan kekecewaan terhadap pembaca.
3.    Di harapkan kepada peneliti lanjut agar dapat  memperbaiki,memperbeharui atau merevisi karya tulis ini demi perbaikan karya ini ke depan.






DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah M.K., Sabarti dkk. 1991/1992. Bahasa Indonesia I. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.
Sarwadi dkk. 192. Langkah Maju Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Lukman.
Resmani, Novi.Pengembangan Paragaraf.Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia. http://belajaparagaf.com/upi.Diakses 04 april 2014 jam 00.30
Sudjana.2001.Metode Penelitian.http://Metode Penelitian.com/.Diakses 04 april 2014 jam 00.50.